Denpasar, 9 November, 2018: Superman Is Dead (SID), sebuah band yang berbasis di Kuta, Bali, akan merilis album baru yang bertajuk “Tiga Perompak Senja.” Kelompok band yang berdiri sejak 1995 ini mengatakan bahwa album tersebut adalah hasil kerjasama mereka dengan perusahan rekaman Sony Music Entertainment Indonesia. Album ini berisi sebelas lagu.
Untuk SID, album ini seakan menjadi sebuah tonggak dalam pencarian hidup bermusik mereka. JRX, salah satu personil kelompok band ini, mengatakan bahwa lewat album ini SID ingin merayakan kembali ‘era-era nakal’ SID, khususnya periode tahun 2001-2005.
“SID akan kembali liar, nakal, hedonistik,” katanya. “Kami akan sedikit lepas dari tema-tema sosial dan politik.” Memang, pada album-album sebelumnya SID kerap mengangkat soal-soal sosial dan kemanusiaan. Lagu seperti “Sunset di Tanah Anarki” dan “Jadilah Legenda” sangat kuat aroma kritik sosialnya. SID juga tidak pernah menyembunyikan pemihakan mereka dalam menghadapi isu-isu sosial.
Salah satu lagu di dalam album Tiga Perompak Senja ini berjudul “Tentang Tiga.” Lagu ini menduduki tempat khusus bagi ketiga personil SID: Eka Rock, Bobby Kool, dan JRX. Lagu ini adalah romantisasi dan perayaan hubungan ketiga personil SID selama 24 tahun, sebagai band, sebagai sahabat, bahkan saudara. Perjalanan panjang yang tidak mudah.
Lagu lain yang menjadi andalan adalah “Brandal 2 Milyar” dan “Puisi Cinta Para Perompak.”
JRX mengatakan bahwa lagu-lagu dalam album ini dipersiapkan cukup singkat, yakni sekitar tiga bulan. Beberapa memang lagu ditulis menjelang masuk studio rekaman. Namun ada juga yang ditulis sejak empat atau lima tahun yang lalu.
SID mengaku bahwa mereka tidak menyasar satu kelompok khusus lewat album ini. Mereka berharap album ini bisa diterima oleh semua kalangan. Namun, sebagaimana karakter SID yang selama ini dikenal, mereka tetap ingin memberikan nuansa-nuansa perubahan dalam masyarakat lewat musik yang mereka geluti.
Sekalipun album ini tidak langsung tersangkut tema-tema kritik sosial dan politik, tidak bisa dipungkiri aneka ragam persoalan hidup sosial tetap mendapat tempatnya. Sekalipun disampaikan dengan cara lain, cara yang lebih halus (subtle) dan lebih menukik ke pribadi manusia. “Brandal 2 Milyar,” misalnya, kuat dengan nuansa sosial yang disampaikan dengan pengalaman pribadi.
Lagu ini menggambarkan pria-pria yang bergelimang nikmat, terjerat pada judi, minum, dan wanita, dan tidak pernah jadi dewasa. Ini adalah refleksi hidup keras. Kenikmatan boleh jadi adalah penjara yang tidak membiarkan orang menjadi dewasa.
SID adalah satu kelompok band yang terkenal keras kepala di jalurnya. Dan, mereka tidak pernah menyesal (unapologetic). Mereka merasa bahwa keberadaan mereka tidak bisa lepas dari hidup sosial. Sekalipun tidak ada keuntungan yang didapat.
“Apakah kami gunakan untuk memperkaya diri? Jelas tidak. Faktanya SID kehilangan banyak job, relasi dan kesempatan berharga lainnya akibat concern kami terhadap isu-isu sosial,” demikian jawab JRX. Dia mengaku bahwa perhatian SID terhadap isu-isu sosial itu dipakai untuk, “menjaga rumah kami, Bali, serta menjaga kewarasan kami sebagai manusia.”
SID terkenal dengan pembelaannya terhadap lingkungan. Sikap mereka lugas. Mereka menentang reklamasi Teluk Benoa, yang akan mengubah hutan bakau dan area penyangga Denpasar Selatan untuk menjadi pusat turisme.
Bila pun album baru “Tiga Perompak Senja” ini tidak bicara langsung isu-isu sosial, ia akan menjadi sebuah tonggak tersendiri dalam perjalanan musik SID. Album ini adalah perjalan untuk menjadi dewasa.
*Made Supriatma, jurnalis dan peneliti, Cornell University, Ithaca, NY.