Very celebrity-minded and everything is so manufactured. Money and popularity are kings.
Goddamn modern-day stereotype. Fuck it!
Whatabout the holy independent scene? Jujur, saya gak liat suatu perbedaan yang benar-benar signifikan. Diluar tata panggung dan kualitas tata suara pertunjukan yang tentu saja beda dengan level mainstream, masih saja ada band indie yang memiliki tendensi memiliki attitude band mainstream. Mereka hanya ingin mengambil sesuatu darimu. Perhatikan saya, teriak untuk saya, tiru gaya saya, beli clothing saya dan jadikanlah saya socialite yang kaya dan terkenal. ItÂ’s all about them. Mereka menempatkan musik sebagai media untuk mengambil, bukannya memberi. Susah saya temui band yang berjiwa besar dan willing to give the audience their positive point of view: sesuatu yang akan dipikirkan oleh remaja kita ketika mereka pulang sehabis nonton konser dan sebelum mereka tertidur kelelahan.
Rockstar-wannabe, thatÂ’s what I call them. How do you recognize them? You donÂ’t, coz mereka terlihat sama dengan kita. Tapi kamu akan tahu setelah kamu ngobrol barang 2-3 menit dengan mereka or setelah kamu menonton their live show.
Biasanya musically and fashionably ok, tapi lirik kacangan.
The weird thing is , media dan industri ustru menyukai band-band seperti itu.
Lebih menjual, katanya. If that’s how the indie-scene gonna stand for, saya kira the scene won’t go any further. Mundur malahan. Perpecahan. Nantinya akan ada kecemburuan di hati band-band yang tidak tersentuh media karena dianggap kurang menjual, not good looking enough or karena mereka kurang mengikuti fashion musik terbaru whatsoever. Sedihnya di Bali banyak band yang masuk kategori ‘kurang menjual’ namun punya follower setia coz they have musikalitas dan lirik yang kuat.
Mau dikemanakan mereka?
Sepertinya masalah seperti ini tidak hanya terjadi di scene Bali. Di setiap scene pasti ada orang-orang berjiwa mainstream tapi berlindung dibalik jubah indie.
Ada beberapa band di Bali yang belum apa-apa sudah menuntut ini itu, bergaya bak rockstar kesiangan. Contohnya, ketika ada acara seringkali menolak untuk main pertama. Sengaja datang telat. Alasannya, biar yang nonton rame. Man, belum apa-apa sudah memikirkan popularitas diatas segalanya. Mentalitas seperti itu saya sebut mentalitas mainstream. Once I told them “man, ga peduli kalian main keberapa, kalo band mu emang bagus, orang pasti akan nonton” dan if you’re a musician, you shouldn’t think too much about that kinda stuff. Deal with it. Just grab your instrument, rock the house and have fun!
Great bands like The Hydrant, The Dissland [Bali] and Shaggy Dog [Jogja], Seringai [Jkt] adalah beberapa contoh band yang willing to give to the audience, diatas panggung mereka bener-bener enjoy themself, ga mau tau penontonnya rame atau nggak. [di Twice Bar - Bali, 4 band tadi pernah cuma ditonton 20-an orang tapi we still had a great nite!] Kita yang nonton bisa ikut merasakan positive vibe yang mereka sebarkan. Dan saya tahu pasti mereka bukan tipe band yang banyak nuntut. They give.
Setiap band juga seharusnya punya ‘something to say’. Ada point-point berharga.
Ga sekedar main lalu cabut. We gotta realize that we’re living in a 3rd world country. Negara ketiga, yang punya banyak bgt masalah yang sangat kompleks. Mulai dari isu2 sosial, lingkungan, pendidikan, agama, politik, kekerasan, premanisme dll. Dan sudah seharusnya kita, as the youth of counter-culture peduli akan hal-hal tsb, cos -as we all know- Indonesian mainstream bands wouldn’t do that kinda stuff. They’re too busy gold-digging dan mencari aman. Dan kalau kita benar peduli dgn Indonesia, why don’t we try to do something about it. I mean Do Something. Gak sekedar ngoceh “peace, peace, kita anti kekerasan...” diatas panggung tapi supporter/fans kalian selalu bikin rusuh dan merusak. Budaya kampungan seperti itu benar-benar bikin saya muak.
Jika makin banyak band memiliki point cerdas yang mereka sampaikan saat manggung atau mereka terapkan dalam daily life mereka, otomatis itu juga akan ikut mencerdaskan lingkungan kita. Karena jika terus-menerus dikemukakan, at least orang akan jadi aware dan sedikit lebih concern thd masalah negara kita. Dan itu merupakan progress yang akan berarti di kemudian hari.
Kita harus buktikan kepada masyarakat kalau scene kita bukan sekedar tempat bermain para berandal dan alkoholik saja. Ayo sama-sama kita tampar wajah sombong mainstream dengan bukti konkret kalau cara hidup kita ‘ternyata’ tidak lebih bodoh' dari mereka. Lakukan sesuatu yang positif dan menyentuh kehidupan orang banyak. Lihat disekililingmu dan lakukan yang kamu bisa untuk membuat keadaan menjadi lebih baik.
Respect gak akan datang dengan cara berduet dengan R.Irama.
Kamu gak akan kelihatan hebat dengan cara memiliki ribuan penggemar yang kampungan.
People only respect you for what you do, not what you sell.
And therefore, you gotta know where you stand, and why you stand there.
Persanjatai dirimu dengan pengetahuan.
Cheers, cherry and dynamite!
jrx