L o a d i n g
SID Archieve News 17
Monggo, silakan saja jika Jakarta gila Emo. Tapi--selain menyembah Bir sebagai pencipta harmoni kehidupan--Bali cinta mati Rockabilly. Hell yeah, belakangan ini Rockabilly makin marak bak menemukan jati diri sejati di Bali. Dan penerapannya bisa berbeda-beda di tiap-tiap kolektif. Ada yang pake porsi old skool Punk Rock + Rockabilly tipis-tipis macam band The Dissland (think Ramones with more Rockabilly touch), atau Superman Is Dead yang antara nafas Punk Rock dan Rockabilly sama-sama kuat (perhatikan seksama lagu "Graveyard Blues/Vodkabilly"--and get ready for another Rockabilly anthems in the next album which is scheduled to be released this year), atau S.O.S.* (pula The Recent Status**) yang pekat keracunan The Living End (gak aneh jika S.O.S. punya rencana akan mengganti bass standarnya ke bass betot/string bass agar aura Rockabilly-nya lebih total), serta The Hydrant***--yang walau memakai awalan "The" di depannya namun kiblat musikal mereka bukan Garage-y, seperti kecenderungan band-band berawalan "The"--tapi lebih ke Stray Cats-esque. Patut dicatat, penggebuk drum The Hydrant, Morris, memainkan drumnya persis Slim Jim Phantom, drummer Stray Cats. Iya, selain perangkat drum yang amat minimal, doi juga main drumnya sambil ...berdiri. Iya, berdiri, tidak duduk kayak biasanya orang main drum. Sebuah pemandangan yang langka & menarik. Saya kurang tau gimana Jakarta, tapi di Bali hal ini tampaknya baru pertama kali terjadi. Bagaimana soal busana? Bayangkan film "Grease" (John Travolta + Olivia Newton John) atau "Deuce's Wild" (Stephen Dorff) atau film-film Marlon Brando atau,
by Superman Is Dead
7 months ago

Ah, pokoknya film-film lawas tahun 50-an gitu deh. Nah, di Bali sendiri, walau belum terlalu banyak yang "full-on" dalam berbusana a la Rockabilly tapi aksen-aksen Rockabilly amat signifikan tersimak dalam penampilan sebagian besar para anak muda Bali. Bukan hanya komunitas yang berada dekat dengan kutub sosial The Max****, simbol-simbol Rockabilly macam Bola Bilyar 8 (8-ball), dadu, kartu as, bendera hitam putih, sepatu hitam putih (two-tone shoes), baju bernuansa koboi, kostum bowling, dll, (catatan: untuk pemahaman yang lebih gampang, cermati saja gaya dandan SID, pengaruh Rockabilly kuat bersinar di situ) pula benderang terpancar di banyak elemen busana para non-Max Militia. Sudah begitu, paham "sadar Rockabilly" ini meluas hingga lintas sektoral. Para Melodic Punker di Bali pun tanpa disadari telah happily infected by Rockabilly spirit. Di sana sini ada aja nyelip aksen Rockabilly. Makin menakjubkan, ada satu merk baju lokal yang mengkhususkan diri pada motor trail/dirt bike, entah sengaja atau tidak, duhai agresif terinspirasi oleh Rockabilly. Ada gambar dadu lah di kaosnya, ada 8-ball lah di stikernya, ada kartu as lah (seru juga sih liat aksen Rockabilly di perangkat motor trail...). Belum lagi jika melihat distro-distro di Denpasar. Beberapa bulan terakhir ini hampir seluruh distro memproklamirkan dirinya sebagai hulubalang Rock 'N Roll/Rockabilly. Ada yang merubah format tokonya. Ada yang mengurangi porsi pakaian skaternya. Ada yang banting setir dari jual kaos Death Metal, lalu menjiplak kaos surfing, lalu tiba-tiba mengaku paling Rock 'N Roll (walau masih menjiplak juga, hikz...). Nah, bisa dimaklumin jika kita datang ke suatu konser di Bali dijamin dah kita bakal tersengat setiap saat ngeliat simbol-simbol Rockabilly berserakan di elemen busana itu para anak muda...

Saya tidak bicara salah benar di sini. Saya tidak mencoba menghakimi selera pribadi--karena itu adalah hak paling asasi. Saya hanya hendak bercerita singkat serta menegaskan kembali: Bali masih menyembah Bir dan sedang cinta mati Rockabilly.

Jaga diri dengan baik. Sampai jumpa lagi.

Stray Cat Strut & Jaya Indonesia Raya,
RUDOLF DETHU



*Band ini sedang menjajaki untuk merubah nama menjadi Suicidal Sinatra sebab nama S.O.S. dianggap terlalu "tertib" dan pasaran. Band ini awalnya adalah band cover version Helloween (whoa!) namun di tengah jalan memutuskan pindah jalur. Konon ngerasa lebih cocok di Rockabilly. Kekuatan band ini adalah saat live. Rapi sekaligus bertenaga. Apalagi gitarisnya, wih, sakti mandraguna!
**Juga masif terinspirasi oleh The Living End. Kocet, gugus depan sekaligus gitaris, adalah adik kandung Eka Rock (SID). Sebenernya The Recent Status termasuk band potensial hanya saja personelnya pada sibuk kerja. Get up, dudes! Put on your blue suede shoes and start rockin' & rollin' again!
***Tadinya bernama Hydra & mengusung Pop standar. Sempat masuk Sony Indie Ten. Bertransformasi jadi The Hydrant karena menganggap Hydra kurang galak, kurang keras, kurang maskulin. Lalu ganti vokalis, meniadakan keyboard, seraya kadang menyertakan harmonika di beberapa lagu. Masing-masing personel memiliki kemampuan musikal di atas rata-rata. Seandainya mereka datang ke kota Anda, coba deh luangin waktu untuk nonton mereka. They are great performers, indeed.
**** Akronim dari Maximum Rock 'N Roll Monarchy, sebuah komplek bangunan dengan konsep "one stop Rock 'N Roll entertainment" yaitu terdiri dari toko baju streetwear "Electro Hell" + toko baju Glampunkabilly "Suicide Glam" + "Twice Rock Bar" + "The Backyard" tattoo chamber + dagang nasi goreng ultra murah di belakang. The Max sekarang menjadi semacam CBGB++ made in Bali. Di Twice Rock Bar rutin ada pertunjukan mulai dari band-band yang udah saya sebut tadi juga band-band lokal lain yang terhitung baru, dari segala genre. Rocket Rockers, The Bahamas, Melanie Subono, juga sempet manggung di sini. You don't have to pay ticket to get in to Twice and everybody is welcome to play here.Tersedia gitar, bass, drum, yang bisa dipakai siapa aja. Asalkan rela gak dibayar (cuman dikasih arak doang) dan tidak menuntut sound system yang wah (fasilitas tata suaranya emang asli kelas kambing he he...). Superman Is Dead mensubsidi sebagian besar peralatan yang ada di sini sebagai bentuk kontribusi bagi progresivitas musik di Bali. FYI di Sanur (50 meter-an dari Suicide Glam Sanur (dijadwalkan buka akhir Agustus), sekitar perempatan Sanur Beach - Semawang) baru saja di-relaunch bar yang punya konsep mirip dengan Twice, Number One, bar yang tadinya untuk karaoke++ berganti wujud jadi Number One Rock 'N Roll Bar. Konseptornya masih dari kutub The Max Militia juga. Bedanya di Number One kita kudu bayar first drink charge Rp 10,000-an (bisa tukar dengan bir). Forget CBGB, here's The Max!